Microsoft Arahkan Pengguna Windows Tak Pakai Chrome, Apa Alasannya?

2 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Microsoft kembali mengarahkan pengguna Windows tak lagi menggunakan browser Google Chrome. Apa alasannya?

Setelah pembaruan sistem, Windows mengumumkan kepada penggunanya untuk berhenti mengunduh Google Chrome. Mereka mendorong agar pengguna memilih browser Microsoft Edge.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Melansir Forbes, Selasa (16/12), langkah ini dinilai sebagai upaya terbaru raksasa teknologi tersebut untuk mempertahankan pengguna tetap berada di dalam ekosistem Microsoft.

Microsoft menekankan isu perlindungan data pribadi dan keamanan siber dalam penggunaan browser mereka. Perusahaan mengklaim, Microsoft Edge merupakan salah satu peramban terlengkap dengan fitur private browsing, pemantauan password, dan perlindungan terhadap ancaman siber.

Pendekatan ini bukan hal baru. Sebelumnya, Microsoft juga kerap menekankan bahwa Edge dibangun di atas basis Chromium fondasi yang sama dengan Chrome.

Perusahaan kerap mengklaim Edge menawarkan pengalaman serupa, bahkan lebih baik. Namun dalam pembaruan Windows kali ini, klaim kesamaan tersebut justru dihilangkan, dengan fokus penuh pada narasi keamanan.

Langkah Microsoft menuai kritik dari Aliansi Pilihan Browser, sebuah kelompok yang beranggotakan pengembang browser termasuk Chrome.

Aliansi tersebut menilai Microsoft menyebarkan pesan menyesatkan terkait keamanan, demi memengaruhi pilihan pengguna.

"Microsoft seharusnya berpihak pada pengguna, bukan mendaur ulang pop-up lama dengan pesan baru untuk merusak pilihan konsumen dan menghalangi browser pesaing," kata perwakilan aliansi tersebut.

Hingga kini, Microsoft belum memberikan pernyataan resmi terkait kritik tersebut.

Langkah serupa Apple

Strategi Microsoft ini mengingatkan pada kampanye serupa yang pernah dilakukan Apple melalui Safari, yang menyoroti isu privasi, pelacakan, dan fingerprinting untuk membandingkan browser pesaing.

Apple belum lama ini mengeluarkan peringatan buat pengguna iPhone dan Mac untuk tidak lagi menggunakan Chrome maupun aplikasi Google lainnya. Perusahaan mendorong agar para pengguna iPhone dan Mac menggunakan peramban bawaan mereka, Safari, yang diklaim lebih aman untuk menjaga data dan privasi.

"Safari bekerja untuk mencegah pengiklan dan situs web menggunakan kombinasi unik karakteristik perangkat Anda untuk membuat 'fingerprint' guna melacak Anda," kata Apple.

"Untuk melawan praktik fingerprint, Safari menampilkan versi sederhana dari konfigurasi sistem sehingga lebih banyak perangkat terlihat identik bagi pelacak, sehingga lebih sulit bagi mereka untuk mengidentifikasi perangkat Anda," lanjut dia.

Apple menyoroti praktik pelacakan digital, termasuk fingerprinting, yang disebut semakin sulit dikendalikan. Terlebih, Google juga mencabut larangan terhadap metode pelacakan yang sulit dideteksi dan tidak bisa dinonaktifkan.

Fingerprinting mengambil data kecil dari perangkat, mulai dari jenis layar, bahasa, hingga konfigurasi OS, lalu menggabungkannya menjadi identitas unit. Berbeda dari tracking cookies yang bisa dinonaktifkan, fingerprinting tidak memiliki opsi opt-out.

Meski melarang penggunaan Chrome dan aplikasi Google lainnya, Apple mengatakan bahwa Safari tetap bekerja baik dengan layanan Google seperti Docs, Sheets, dan Slides.

Selain isu privasi, Apple juga menyoroti risiko keamanan baru yang muncul dari integrasi Chrome dengan model AI Gemini. Pasalnya, browser berbasis AI disebut dapat membuka celah serangan serius.

Google mengakui ancaman tersebut, terutama serangan indirect prompt injection yang dapat memicu aksi berbahaya seperti transaksi finansial tanpa izin atau pencurian data.

"Ancaman baru utama yang dihadapi oleh semua browser agen adalah injeksi prompt tidak langsung. Ancaman ini dapat muncul di situs berbahaya, konten pihak ketiga dalam iframes," kata Google.

"Atau dari konten yang dihasilkan pengguna seperti ulasan pengguna, dan dapat menyebabkan agen melakukan tindakan yang tidak diinginkan seperti memulai transaksi keuangan atau mengekstraksi data sensitif," lanjutnya.

Namun Google mengatakan telah menyiapkan pertahanan berlapis, untuk membuat serangan menjadi sulit dan mahal.

(wpj/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial