Mengenal Jeepney, 'Raja Jalanan' dari Filipina

6 hours ago 2

Manila -

Jika mengunjungi Filipina, Anda akan melihat di sepanjang jalan raya angkutan umum berbentuk jip tapi dengan bodi mobil yang lebih panjang. Moda transportasi tersebut bernama 'jeepney'.

Sama seperti angkutan umum yang ada di Indonesia, jeepney memiliki banyak rute. Salah satunya, pemberhentian di depan Greenbelt, Makati City, dengan rute Ayala-Pateros via J.P. Rizal.

Jeepney, kendaraan khas Filipina (Lisye/detikcom)Jeepney, kendaraan khas Filipina (Lisye/detikcom)

Di lokasi ini sejumlah jeepney sudah mengantre. Seorang petugas tampak mengatur penumpang untuk naik. Saat kapasitas jeepney sudah terisi penuh, penumpang akan mengantre untuk menunggu jeepney selanjutnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat Anda mengelilingi Ibu Kota Manila, jeepney ini akan selalu ditemui di sepanjang jalanan. Mulai dari Pasig City, Pasay City, hingga City of Manila, jeepney terlihat melintasi kota.

Di Pasig City pada siang hari sekitar pukul 12.30 waktu setempat, tepatnya di Jalan Justice Ramon Jabson, jeepney jurusan Pasig-B Bayan ramai melintas. Mayoritas jeepney tampak terisi penuh oleh penumpang.

Jika ada penumpang menunggu di pinggir jalan, jeepney akan berhenti dan mengambil penumpang, sama seperti angkot pada umumnya di Indonesia. Jika penumpang ingin turun, mereka bisa meneriakkan kata 'para'.

Si Raja Jalanan

Jeepney juga menjadi salah satu moda transportasi yang paling diminati oleh masyarakat di kota metropolitan Makati City. Pengamatan detikcom, jeepney ini sering kali terisi penuh.

Dilansir dari situs resmi pemerintahan Makati City, jeepney adalah moda transportasi termurah. Jeepney juga dikenal dengan 'Raja Jalanan'.

"Jeepney adalah moda transportasi termurah dan paling mudah diakses bagi masyarakat yang bepergian. Setiap kendaraan dapat mengangkut hingga 20 penumpang, dan raksasa mekanik ini dijuluki 'Hari ng Kalsada' atau 'Raja Jalanan'," demikian keterangan situs Makati City.

Tarif minimum jeepney untuk masyarakat umum sekitar 13 peso. Penumpang akan dikenai tarif tambahan pada kilometer berikutnya. Tarif akan lebih murah untuk anak sekolah.

Kesan WNI Naik Jeepney

Salah satu WNI yang tinggal di Makati City, Bintang Putra (26), menceritakan pengalamannya naik jeepney. Bintang mengatakan menjajal jeepney sama seperti naik angkot di Indonesia.

"Kalau jeepney itu kalau di Indonesia mirip angkot cuman beda alat transportasinya, karena mereka pakai jeep lama dimodifikasi sama mereka jadi kayak minibus," kata Bintang saat berbincang dengan detikcom di Kedutaan Besar RI untuk Filipina.

Bintang sudah tinggal di Filipina sejak 1 tahun lalu. Dia adalah salah satu staf di KBRI.

Bintang mengaku jeepney bukan angkutan umum yang dia digunakan sehari-hari. Sebab, tempat tinggalnya dekat dengan KBRI, sehingga cukup dengan jalan kaki. Sesekali jika ada keperluan lainnya, Bintang akan menggunakan jeepney sebagai moda transportasi.

"Biasanya kalau lagi peak, lagi ramenya sampai 20-25 orang, hadap-hadapan, terus ada celah sedikit kan. Itu biasanya kalau di jeepney masih diisiin orang. Jadi di-fullin sampai belakang," tutur Bintang.

Menurut Bintang, sistem pembayaran ongkos jeepney agak berbeda dengan mobil angkot di Indonesia. Para penumpang yang duduk di bagian belakang akan mengoper uang kepada penumpang sebelahnya hingga diberikan kepada sopir.

"Kalau naik jeepney itu per orang cuma sekitar 13 peso. Kalau di setiap jeepney itu ada jurusannya. Kalau ke titik paling jauh cuma nambah 2 sampai 3 peso doang, bayarnya cash," ungkapnya.

Sejarah Singkat Jeepney

Dikutip dari situs resmi pemerintahan kota Las Pinas, Filipina, jeepney merupakan sisa-sisa dari Perang Dunia II. Usai perang berakhir, banyak Jeep yang ditinggalkan di wilayah Filipina.

"Setelah perang antara Amerika dan Jepang, ratusan Jeep Willy ditinggalkan. Orang Filipina melihat potensi, memasang atap (Jeep), memperpanjang bodi hingga dua meter dan menambahkan dua baris kursi untuk penumpang," demikian keterangan dari situs resmi pemerintahan Las Pinas.

Jeepney diproduksi oleh Sarao Motors yang berlokasi di Pulang Lupa, Las Pinas, tahun 1953. Sang pendiri adalah Leonardo Sarao, dulunya adalah seorang pengemudi kalesa atau delman.

"Berbekal modal Php 700, ia dan saudara-saudaranya mulai membuat jeepney," jelas situs pemerintah Las Penyas.

Lalu apa yang membuat angkutan umum ini disebut jeepney? Ini berdasarkan dari kondisi moda transportasi ini.

"Saat duduk di jeepney, lutut Anda pasti akan menyentuh lutut tetangga Anda, maka dari itu dinamakan 'jeep-knees'," pungkasnya.

(lir/azh)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial