Mengapa Makin Banyak Hiu Tutul Terdampar di Pantai Indonesia?

1 hour ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus hiu tutul atau hiu paus (Rhincodon typus) terdampar di pesisir Indonesia kembali terjadi. Terakhir, hiu tutul sepanjang dengan panjang sekitar 4 meter dan berat sekitar 1 ton ditemukan mati dan terdampar di Pantai Pagak Purworejo, Jawa Tengah pada Minggu (7/12).

Kasus ini menambah panjang daftar kasus hiu tutul terdampar di pantai Indonesia. Sepanjang tahun 2025 saja, tercatat sejumlah kasus hiu tutul yang ditemukan mati terdampar di berbagai pantai Indonesia, mulai dari Muara Mati Bekasi, Pantai Bunton Cilacap, hingga Pantai Pangi Blitar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Fenomena ini bukan kejadian terpisah, melainkan bagian dari pola yang kian mengkhawatirkan. Lantas, mengapa semakin sering ditemukan hiu tutul terdampar di Indonesia?

Sebuah studi bertajuk 'Spatio-temporal patterns, trends, and oceanographic drivers of whale shark strandings in Indonesia' yang terbit di Scientific Reports pada 17 Oktober 2025 bahkan mengungkap bahwa hiu tutul terdampar di pesisir Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

"Di Indonesia, sebagian besar kasus hiu tutul terdampar awalnya dilaporkan sebagai hewan yang berenang dekat pantai, namun sebenarnya tidak terdampar," tulis para peneliti dalam studi, dilansir Senin (8/12).

"Dalam kebanyakan kasus, meskipun masih hidup, hiu tutul yang lemah tidak mampu kembali ke kedalaman yang sesuai dan sering kali ditarik ke pantai oleh warga desa yang bermaksud baik, yang mengakibatkan kematian mereka," lanjutnya.

Para peneliti mencatat 115 kasus hiu tutul terdampar di Indonesia dalam 13 tahun terakhir, yang melibatkan 127 individu di 23 dari 38 provinsi di Indonesia.

Para peneliti menyimpulkan, dari 115 kasus yang terjadi, pesisir selatan Jawa menjadi lokasi paling rawan terdamparnya hiu tutul di Indonesia.

Studi ini juga menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen hiu paus yang terdampar merupakan individu juvenile berukuran 4-7 meter, karena kelompok usia ini kerap memanfaatkan pesisir Indonesia sebagai area mencari makan, sehingga mereka lebih sering berada di perairan dangkal yang produktif.

Mengingat maturitas seksual hiu paus baru tercapai pada ukuran 7-9 meter, kehilangan individu juvenile menjadi ancaman serius bagi keberlanjutan populasinya.

Penyebab hiu tutul terdampar

Para peneliti dalam studinya menemukan kasus terdamparnya hiu tersebut berkaitan dengan arus naik (upwelling) yang kuat dan kemungkinan berhubungan dengan mencari makan musiman hiu di wilayah tersebut.

Pesisir selatan Jawa mengalami upwelling kuat pada Juni-November, membawa massa air dingin dan kaya nutrien ke permukaan. Naiknya produktivitas laut memicu ledakan plankton, ikan kecil, dan krill, yang menarik hiu tutul untuk mendekati pantai.

Gelombang tinggi lebih dari 1,5 meter yang dipicu oleh upwelling dapat mendorong hiu ke wilayah pesisir, sementara penurunan suhu laut secara drastis ke kisaran 26-28 derajat celcius berpotensi mengganggu kemampuan navigasi mereka.

"Meskipun peristiwa alam diidentifikasi sebagai faktor utama yang berkontribusi pada terdamparnya hiu tutul, aktivitas manusia juga mungkin memainkan peran penting dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut," kata para peneliti.

Pada saat yang sama, kemunculan prey bloom di sekitar pantai dapat menarik hiu untuk mendekat terlalu jauh ke perairan dangkal sehingga meningkatkan risiko terjebak dan akhirnya terdampar. Model statistik (Negative Binomial GAM) menunjukkan bahwa gelombang tinggi adalah prediktor paling signifikan untuk kejadian terdampar.

Hiu masuk ke area dangkal saat mengejar ikan (misalnya ikan teri/anchovy), tetapi tidak dapat kembali ke laut dalam akibat ombak besar atau bentuk pantai cekung. Temuan ini konsisten dengan laporan "perburuan mangsa ke zona dangkal" dalam jurnal.

Beberapa kasus terdampar juga terkait drift gillnet dan sero mirip kasus Bekasi yang menyebabkan stres, kelelahan, hingga mati.

Penelitian necropsi di Kebumen pada 2023 menunjukkan degenerasi hati, kerusakan ginjal, serta indikasi paparan toksin yang diduga berasal dari limbah tambak dan proses eutrofikasi, sehingga menegaskan bahwa kualitas perairan pesisir memiliki pengaruh besar terhadap kondisi kesehatan hiu paus.

(wpj/dmi)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial