Jakarta, CNN Indonesia --
Gunung berapi purba di Ethiopia, Hayli Gubbi, meletus pada Senin (24/11), usai 12 ribu tahun 'tertidur' atau mengalami masa dorman. Erupsi gunung tersebut menyemburkan abu vulkanik setinggi 14 kilometer ke atmosfer.
Lantas apa gunung api yang sudah 'tertidur' selama ribuan tahun tiba-tiba bisa erupsi lagi?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepala Pusat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hadi Wijaya menjelaskan gunung berapi yang tampak tidur bukan berarti mati.
"Gunung api dormant tetap terhubung dengan sistem magma di kedalaman, namun tidak ada erupsi selama puluhan hingga ratusan tahun sehingga sering dianggap tidur," ujar Hadi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (25/11).
"Gunung api dormant bukan merupakan indikator bahwa magma berhenti naik ke permukaan," tambahnya.
Ia menjelaskan ada beberapa mekanisme pemicu magma naik ke permukaan atau erupsi, di antaranya pembentukan magma baru di kedalaman atau magmatic recharge. Mekanisme naiknya magma segar dari mantel bumi atau litosfer dalam kasus ini menyebabkan peningkatan tekanan, akumulasi gas vulkanik, serta melemahnya batuan penutup.
"Jika tekanan melebihi kekuatan batuan maka akan terjadi erupsi," katanya.
Selain itu, mekanisme lainnya adalah migrasi magma ke permukaan atau magma intrusion. Hadi mengatakan dike atau sill baru dapat memecah batuan, membangkitkan gempa vulkanik, meningkatkan temperatur dan degassing.
Proses ini, kata Hadi, dapat terjadi setelah ratusan tahun masa dormant.
Faktor pemicu erupsi lainnya adalah interaksi antara air dengan sumber panas atau yang biasa disebut hydrothermal pressurization. Hadi menjelaskan hal ini terjadi ketika sistem air tanah terkena magma panas mengakibatkan uap bertekanan tinggi terbentuk sehingga terjadi erupsi freatik secara mendadak.
Erupsi freatik merupakan erupsi yang didominasi uap air, disebabkan karena adanya kontak air dengan panas di bawah kawah gunung berapi.
Gempa tektonik juga bisa menyebabkan gunung api dormant erupsi. Gempa tekanan dengan kekuatan besar dapat membuka retakan baru, mengubah tekanan pori, hingga mengganggu stabilitas sistem magma, yang akhirnya menyebabkan erupsi.
Faktor pemicu lain adalah adanya perubahan tekanan eksternal seperti erosi kawah, longsoran kubah lava, hingga perubahan beban air akibat curah hujan ekstrem.
"Erupsi freatik paling sering muncul tiba-tiba, bahkan di gunung yang lama diam," tutur Hadi.
Pemicu erupsi Gunung Hayli Gubbi
Hadi mengatakan Gunung Hayli Gubbi digolongkan sebagai gunung dormant yang mengalami erupsi mendadak dengan karakter freatik-freatomagmatik.
Gunung Hayli Gubbi berada di selatan Erta Ale yang merupakan kawasan rifting aktif di Afar, Ethiopia. Wilayah ini termasuk kedalam zona tektonik dinamis tempat tiga lempeng saling menjauh, yakni lempeng Nubia, Somalia, Arab.
"Proses pemekaran benua ini membuat kerak meregang, menipis, dan retakan baru terbentuk, sehingga mempermudah magma naik ke permukaan," jelas Hadi.
Oleh karena itu, wilayah Afar dikenal sebagai salah satu area paling aktif di dunia terkait pembentukan kerak samudra dan pemisahan benua.
"Kebangkitan aktivitas Gunung Hayli Gubbi kemungkinan besar dipicu oleh intrusi magma yang didorong oleh proses rifting tersebut," tutur Hadi.
"Asumsi ini masuk akal karena studi di sekitar Erta Ale menunjukkan bahwa intrusi magma dapat merambat jauh di bawah permukaan dan memengaruhi sistem vulkanik lain," imbuhnya.
Dengan kata lain, katanya, meski permukaan tampak tenang, proses rifting Afar menimbulkan akumulasi tekanan besar di bawah kerak hingga akhirnya memicu erupsi mendadak.
(lom/dmi)

1 hour ago
2































