Jakarta, CNN Indonesia --
Badai siklon membawa banjir besar yang menghantam Provinsi Aceh dan menelan korban jiwa sedikitnya 940 orang. Dampaknya, kawasan Aceh Tamiang kini luluh lantak, tak lagi menyisakan keindahan pariwisatanya yang dulu menawan.
Kabupaten Aceh Tamiang selama ini menyimpan ragam destinasi wisata menarik, meski kerap kalah pamor dibanding Banda Aceh atau Sabang. Mulai dari panorama alam, jejak sejarah, kekayaan budaya, hingga kuliner khas, semuanya pernah menjadi daya tarik yang patut dieksplorasi.
Namun kini, Aceh Tamiang lumpuh total akibat bencana yang tak kunjung reda sejak pertengahan Desember. Menyisakan kenangan tentang 'surga tersembunyi' di timur Aceh, berikut kembali menengok potret keindahan wilayah ini seperti dilansir dari situs resmi DPRD Kabupaten Aceh Tamiang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Aceh Tamiang
Aceh Tamiang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara dan resmi berdiri pada 2001, dengan luas wilayah mencapai 3.177,63 kilometer persegi. Wilayah ini kaya sumber daya alam, mulai dari perkebunan kelapa sawit, karet, hingga hasil tani.
Daerah ini juga menyimpan banyak prasasti bersejarah yang menjadi saksi perjalanan panjang Aceh. Wilayahnya kini dihuni beragam suku seperti Aceh, Melayu, dan Batak.
Potensi pariwisata Aceh Tamiang
Sebelum bencana, Aceh Tamiang dikenal dengan pesona alam yang menakjubkan. Salah satu kebanggaannya adalah Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang menjadi bagian dari warisan dunia UNESCO.
TNGL merupakan habitat berbagai flora dan fauna eksotis Indonesia, termasuk orang utan dan harimau Sumatra yang kian langka. Pemandangan hutan tropis yang rimbun membuat kawasan ini menjadi tujuan favorit wisatawan pencinta trekking.
Air Terjun Tujuh Juh juga menjadi destinasi populer. Sesuai namanya, air terjun ini memiliki tujuh aliran air yang mengalir dari puncak menuju lembah. Keindahannya membuat banyak pengunjung terpikat.
Ada pula Danau Bias Kunjang yang menawarkan panorama indah, cocok untuk bersantai sambil menaiki perahu dayung.
Pengunjung bahkan bisa snorkeling di danau ini. Sayangnya, seluruh destinasi tersebut kini ikut terdampak dan lumpuh diterjang banjir.
Ekowisata flora dan fauna
Flora dan fauna Aceh Tamiang memiliki nilai ekologis tinggi. Kesadaran masyarakat untuk melestarikannya membuat berbagai program ekowisata berkembang di wilayah ini, sekaligus membuka peluang penghasilan tambahan bagi penduduk lokal.
Beragam flora langka tumbuh di kawasan ini, termasuk spesies pohon tropis dan tanaman obat tradisional. Adapun fauna langkanya meliputi orang utan, gajah, harimau Sumatra, hingga burung endemik.
Beberapa titik lokasi, terutama di perbatasan TNGL, menjadi tempat pengamatan satwa langka. "Aceh Tamiang merupakan habitat penting bagi berbagai spesies langka yang harus kita lestarikan dan perkenalkan kepada wisatawan," ujar ahli biologi konservasi Fachruddin, dikutip dari dprkkabacehtamiang.
Ilustrasi. Aceh Tamiang yang kini luluh lantak. (ANTARA FOTO/ERLANGGA BREGAS PRAKOSO)
Wisata Budaya dan kuliner
Kekuatan budaya Aceh Tamiang juga menjadi daya tarik tersendiri. Berbagai tradisi masih terjaga dan rutin dipentaskan. Wisatawan dapat menyaksikan tari Saman, adat Gayo, Festival Musim Panen, hingga pertunjukan seni lokal lainnya.
Sisi sejarah juga tersimpan dalam cagar budaya dan bangunan penting, seperti Masjid Agung Al-Munawarah yang berdiri sejak 1903 sebagai simbol ketahanan masyarakat. Ada pula Kota Sejarah Kuto Baro yang menjadi pengingat pusat pemerintahan Aceh Tamiang masa lampau.
Wisata kulinernya pun tak kalah menggoda. Mie Aceh, gule kambing, Ulee Kareng, lontong, hingga beragam hidangan laut menjadi sajian wajib saat berkunjung.
(ana/tis/wiw)

1 day ago
5




























