Jakarta, CNN Indonesia --
Gigi yang tiba-tiba terasa goyang pada orang dewasa sering kali dianggap sepele. Padahal, kondisi ini bisa menjadi sinyal awal diabetes yang belum terdiagnosis atau tidak terkontrol dengan baik.
Hubungan antara diabetes dan gigi goyang bukan sekadar kebetulan, melainkan berkaitan erat dengan kesehatan gusi dan tulang penyangga gigi.
Melansir berbagai sumber, kadar gula darah yang tinggi dapat memengaruhi daya tahan tubuh terhadap infeksi, termasuk infeksi pada jaringan gusi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diabetes membuat tubuh lebih rentan terhadap peradangan dan infeksi. Salah satunya terjadi di gusi, yang lama-kelamaan bisa merusak tulang penyangga gigi dan menyebabkan gigi menjadi goyang.
Mengapa diabetes bisa bikin gigi goyang?
Dokter Gigi Spesialis Periodonsia di Bethsaida Hospital Dental Center Gading Serpong, drg. Syanti W. Astuty, mengatakan, pada penderita diabetes, kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat mengganggu aliran darah ke jaringan gusi. Kondisi ini membuat gusi lebih mudah meradang dan sulit pulih dari infeksi.
Akibatnya, bakteri penyebab penyakit gusi berkembang lebih cepat dan memicu periodontitis, yakni peradangan gusi berat yang merusak tulang di sekitar gigi.
Ketika tulang penyangga gigi mengalami kerusakan, gigi pun kehilangan pegangan alaminya. Inilah yang kemudian membuat gigi terasa longgar atau goyang, meski tidak ada benturan atau cedera.
"Gigi yang goyang adalah sinyal dari tubuh bahwa ada masalah serius dengan gusi dan tulang penyangga gigi. Penanganan yang tepat bisa membantu menyelamatkan gigi Anda," ujar Syanti dalam keterangan tertulis, beberapa waktu lalu.
Syanti menegaskan, kegoyangan gigi pada orang dewasa tidak bisa disamakan dengan kondisi anak-anak yang sedang berganti gigi. Pada orang dewasa, gigi goyang hampir selalu menandakan adanya masalah medis.
Selain diabetes, beberapa faktor lain yang dapat memicu gigi goyang antara lain:
• Kecelakaan atau trauma
• Penyakit gusi (periodontitis)
• Kebiasaan menggertakkan gigi (bruxism)
Jika tidak segera ditangani, gigi goyang bisa berujung pada tanggalnya gigi secara permanen.
"Tingginya prevalensi penyakit gusi di Indonesia yang mencapai 74 persen, dan lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria, membuat periodontitis tidak boleh dianggap remeh. Terapi yang tepat dapat mencegah kerusakan jaringan gusi dan tulang agar tidak berlanjut hingga kehilangan gigi," tambah Syanti.
Pemeriksaan dan terapi yang tepat
Penanganan gigi goyang pada orang dewasa memerlukan pemeriksaan menyeluruh oleh dokter gigi. Terapi yang diberikan akan disesuaikan dengan penyebab dan tingkat keparahan, mulai dari scaling, splinting gigi, hingga operasi periodontal.
Setelah pemeriksaan, dokter gigi dapat merekomendasikan beberapa langkah perawatan, seperti:
• Stabilisasi gigi, dengan menyambungkan gigi yang goyang ke gigi lain
• Pembersihan gigi, untuk menghilangkan plak dan karang gigi
• Perawatan perbaikan jaringan, guna merangsang pertumbuhan tulang yang rusak
• Penyesuaian gigitan, agar tekanan pada gigi lebih seimbang
"Gigi goyang bisa diperbaiki dengan penanganan yang tepat. Pemeriksaan lebih dini membantu menghindari masalah yang lebih besar di masa depan," kata Syanti.
Menurut Syanti, menjaga kesehatan gigi dan gusi tidak terlepas dari gaya hidup sehari-hari, termasuk pengelolaan diabetes. Beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan antara lain:
• Menyikat gigi dengan teknik yang benar, dua kali sehari
• Rutin melakukan scaling setiap enam bulan sekali
• Menghindari kebiasaan menggigit benda keras atau menggertakkan gigi
• Mengontrol kadar gula darah secara teratur, terutama bagi penderita diabetes
"Kebiasaan sederhana ini tidak hanya menjaga gigi dan gusi tetap sehat, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan tubuh secara keseluruhan," pungkas Syanti.
(tis/tis)

2 hours ago
3




























