Dorong Pemberdayaan Perempuan, PNM Jadi Pencetus Peluncuran Orange Bond RI

10 hours ago 5

Jakarta -

Pemerintah bersama Impact Investment Exchange (IIX) memperkenalkan instrumen surat utang berbentuk obligasi oranye atau orange bonds pada pertengahan tahun 2024. Instrumen investasi ini disiapkan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan program-program Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya pada aspek kesetaraan gender.

Setahun berselang di tengah tahun 2025, Orange Bond perdana telah diluncurkan. Bukan oleh pihak swasta, PT Permodalan Nasional Madani (PNM) merupakan lembaga yang pertama kali dipercaya untuk menerbitkan Orange Bond di Indonesia.

PNM menerbitkan Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi bernilai total Rp6 triliun dan PUB Sukuk bernilai total Rp10 triliun. Adapun keduanya berbasis Orange Bonds yang bertujuan untuk mendukung keuangan inklusif dan berkelanjutan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Penerbitan Orange Bonds PNM dapat membantu menekan kesenjangan pendanaan untuk mencapai target-target SDGs di Indonesia yang mencapai Rp24.000 triliun. Dalam pelaksanaannya, dana yang dihimpun akan digunakan untuk memperluas pembiayaan dan pendampingan kepada perempuan ultra mikro di seluruh penjuru negeri, melalui program PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar) dan PNM Mekaar Syariah.

Direktur Utama PNM Arief Mulyadi berharap penerbitan Orange Bonds dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pemberdayaan perempuan melalui pasar modal.

"Instrumen berharga yang berfokus dalam pemberdayaan perempuan di Indonesia masih sangat minim dan ini merupakan yang pertama di pasar modal Indonesia. Langkah ini merupakan wujud nyata dari semangat kami untuk menghadirkan keuangan yang berdampak," ujar Yanuar dalam keterangan tertulis, Senin (7/7/2025).

Sementara itu, Koordinator Tim Ahli Sekretariat Nasional SDGs Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Yanuar Nugroho mengatakan terdapat kesenjangan pendanaan program terkait SDGs mencapai Rp24.000 triliun. Oleh karenanya, diperlukan sumber pendanaan yang lebih kreatif.

"Orange bonds diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mengatasi kesenjangan dengan menyediakan modal untuk proyek-proyek yang fokusnya pada sustainable dan gender equality," ungkap Yanuar.

Selain menjadi sumber pendanaan, orange bonds juga diharapkan mampu mempromosikan inklusi sosial ekonomi dengan memberikan akses keuangan yang lebih besar kepada perempuan dan kelompok terpinggir atau marjinal. Oleh karena itu, ia pun mendorong pihak swasta untuk mengadopsi obligasi ini.

"Kami memang aspirasinya 2025, kita harap bisa punya partner dengan private sektor jadi kita bisa mobilisasi untuk inklusi. Tapi ini harus kolektif, kami tidak memaksakan, tergantung kesiapan," jelas Yanuar.

Di sisi lain, Chief Operating Officer Impact Investment Exchange (IIX) Angela Ng menjelaskan pemerintah juga berperan besar untuk mendorong adopsi orange bonds. Pasalnya, orange bonds tidak menggantikan obligasi berkelanjutan yang telah diterbitkan pemerintah, tetapi justru melengkapinya.

Menurutnya, orange bonds berpotensi memobilisasi dana sekitar 10 miliar dollar ASZ atau sekitar Rp160 triliun (kurs Rp16.000 per dollar AS). "Dan memberdayakan 100 juta perempuan dan minoritas gender pada tahun 2030," pungkasnya.

(akd/akd)

Loading...

Hoegeng Awards 2025

Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial