Bos Danantara Sebut BUMN RI Masih Kalah Saing dari Perusahaan Tetangga

11 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Chief Investment Officer Danantara Pandu Sjahrir mengungkapkan BUMN Indonesia masih kalah saing, bahkan dari perusahaan di Asia Tenggara (ASEAN).

Karena itu, Pandu meminta pemimpin BUMN berbenah.

Misalnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk yang selama ini dianggap sudah besar di Indonesia. Pandu mengatakan kapasitas Mandiri dan BNI yang digabung bahkan belum sanggup menyaingi DBS Singapura.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Bank Mandiri (dan) BNI, Anda mungkin menganggap ini besar di Indonesia, tapi market cap mereka digabung pun tidak sampai setengah Bank DBS Singapura," ungkap Pandu dalam 1 Tahun Pemerintahan Prabowo-Gibran: Optimism on 8% Economic Growth di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Kamis (16/10).

"Singapura kewarganegaraannya 6 juta, market cap (Bank DBS) US$110 miliar. Jadi, Anda bisa hitung sendiri berapa (kapitalisasi pasar) Mandiri-BNI. Kalau Anda buka aplikasi, ya kurang setengah (dari market cap DBS Singapura)," jelasnya.

Fakta tersebut, menurut Pandu, menjadi pertanyaan besar. Mandiri hingga BNI yang selama ini dianggap punya kapitalisasi pasar besar, ternyata masih kalah jauh levelnya di tingkat regional.

Oleh karena itu, Pandu menekankan pentingnya kehadiran Danantara. Badan baru itu bertugas mewujudkan keinginan Presiden Prabowo Subianto meningkatkan kualitas BUMN.

"Kalau di Indonesia mungkin besar, tapi kalau secara regional, bukan yang terbesar. Ini adalah keinginan Pak Presiden (Prabowo) mencapai (pertumbuhan ekonomi) 8 persen. Anda akan berubah, bukan lagi menjadi 15-16 terbesar, Anda ingin menjadi G7 atau tujuh negara ekonomi terbesar. Untuk itu, perusahaan-perusahaan yang ada di BUMN harus mencapai level itu," tegasnya.

Selain BUMN di sektor perbankan, Pandu menyoroti kinerja perusahaan pelat merah yang bergerak dalam urusan minyak dan gas bumi (migas). Ia secara spesifik menguliti kinerja PT Pertamina (Persero) yang masih kurang maksimal.

Ia melihat kinerja Pertamina kalah saing dari Petronas milik Malaysia. Padahal, Negeri Jiran dulu belajar dari Indonesia.

"Pertamina sekarang produce (minyak) 800 ribu barel per hari. Dulu ada perusahaan Malaysia yang belajar dari kita, namanya Petronas. Sekarang Petronas (produksi minyak) 2,5 juta barel per hari," beber Pandu.

"Penduduk (Malaysia) 20 juta, kita penduduknya hampir 300 juta. And this is why, kenapa Danantara sekarang mulai dibuat, dikonsolidasikan. Adalah untuk bagaimana bisa bersaing secara global. Pertamina, Mandiri, bukan lagi kompetisinya di Indonesia. Kompetisinya global," sambungnya.

Begitu pula dengan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Pandu membandingkan kinerja keuangan maskapai penerbangan nasional alias flag carrier itu masih kalah dari Air New Zealand yang namanya jarang didengar orang.

Oleh karena itu, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Garuda pada Rabu (15/10) mengangkat dua direksi asing. Keduanya adalah Direktur Transformasi Neil Raymond Nills serta Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Balagopal Kunduvara.

"Anda bilang, 'Kenapa harus ada warga negara asing?'. Saya kasih contoh (maskapai) pesawat-pesawat terbesar, kayak Emirates, itu bisa dibilang majority direksinya orang asing. Air New Zealand, mungkin gak pernah dengar, tapi profitnya itu dua kali lipat Garuda. Mungkin bisa dibilang majority juga orang asing, bukan New Zealand. Memang dari sisi Danantara kita ingin membawa paradigma baru, bukan lagi hanya melihat ke dalam, tapi juga melihat ke luar," tuturnya.

CIO Danantara itu meminta perusahaan pelat merah terus berbenah. Pandu Sjahrir ingin BUMN mulai berpikir untuk bersaing di kancah internasional.

Ia menegaskan kondisi Indonesia saat ini sudah berbeda dengan masa lampau. Menurutnya, fokus Danantara sekarang adalah mencari sumber daya manusia (SDM) terbaik untuk meningkatkan kualitas BUMN.

"Mandiri kita ingin bersaing langsung secara global, Pertamina menjadi perusahaan terbesar di oil and gas. Ini penting karena kalau kita tidak berubah di Danantara, market yang akan mengubah kita ... Kita ingin semua perusahaan di Danantara melihat ke atas, bersaing ke atas," pesannya.

"Dari 1.063 perusahaan, kita lihat mana yang bisa menjadi global champion, kita push. Perusahaan yang belum menjadi perusahaan nasional, bagaimana bisa menjadi perusahaan nasional besar atau terbesar, kalau enggak, kita merger. Kalau memang tidak punya kesempatan itu, mohon maaf, akan kita tutup," wanti-wanti Pandu.

[Gambas:Video CNN]

(skt/agt)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial