Jakarta, CNN Indonesia --
Deru mesin perang di perbatasan Thailand dan Kamboja mulai memakan korban di sektor ekonomi. Kawasan reruntuhan kuil Angkor Wat yang biasanya dipadati pelancong kini mendadak sunyi, memaksa para pelaku wisata gigit jari meski saat ini merupakan musim puncak kunjungan atau high season.
Kota Siem Reap, yang menaungi situs warisan dunia UNESCO tersebut, hanya berjarak dua jam berkendara dari perbatasan Thailand. Selama lebih dari dua pekan terakhir, wilayah perbatasan tersebut diguncang pertempuran militer yang telah menewaskan puluhan orang.
Bun Ratana, seorang pemandu wisata lokal, mengaku kehilangan banyak pekerjaan sejak bentrokan maut meletus. "Beberapa turis takut, meski sebenarnya di Siem Reap sini aman," ujarnya seperti dilansir AFP.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laporan pembatalan perjalanan terus mengalir, meninggalkan struktur batu berusia berabad-abad itu dalam kesunyian yang tidak biasa. Ratana mengungkapkan pendapatannya merosot hingga 80 persen menjadi hanya US$150 atau sekitar Rp2,3 juta pada Desember 2025, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sejak sengketa perbatasan era kolonial ini kembali memanas pada Mei lalu, kedua negara tetangga tersebut memutuskan untuk menutup pintu perbatasan darat. Keputusan ini memukul telak operator tur, pedagang, dan pengemudi tuk-tuk di Siem Reap maupun Bangkok.
Data dari Angkor Enterprise menunjukkan tren yang mengkhawatirkan, di mana penjualan tiket turun setidaknya 17 persen (Juni-November) dibandingkan tahun lalu.
Puncak penurunan kunjungan ke Angkor Wat terjadi setelah bentrokan lima hari pada Juli 2025 yang menewaskan puluhan jiwa. Minivan di Bangkok yang biasanya melayani rute enam jam ke Angkor Wat kini juga menganggur total karena penutupan perbatasan bagi turis.
"Kami hanya bisa memberi tahu pelanggan bahwa mereka tidak bisa pergi (ke Kamboja), dan kami tidak bisa memastikan kapan mereka bisa melakukan perjalanan lagi," kata Prasit Chankliang, pemilik agen travel di Thailand.
Selain faktor perang, citra pariwisata Kamboja juga dihantam isu keamanan terkait jaringan penipuan daring (cyber scam) internasional. Maraknya pemberitaan dan film layar lebar mengenai pusat-pusat penipuan di Kamboja dan Myanmar membuat calon pelancong ragu.
"Sangat disayangkan, kenyataannya titik-titik wisata utama Kamboja sebenarnya aman, namun tajuk berita utama di media sudah terlanjur memberikan dampak kerusakan," kata Hannah Pearson,
Direktur konsultan pariwisata Pear Anderson.
Meski dihantui kekhawatiran, sejumlah turis mancanegara tetap terlihat di kompleks Angkor Wat. Dorothy, seorang turis asal Amerika Serikat, mengaku merasa "sangat aman" setelah memahami logistik perjalanan dan aturan perbatasan secara mandiri.
Direktur Departemen Pariwisata Provinsi Siem Reap, Thim Sereyvudh, mengakui bahwa reputasi Kamboja sebagai "sarang" penipu transnasional telah melukai industri. Namun, ia tetap optimis kejayaan Angkor Wat akan kembali setelah senjata diletakkan. "Semakin cepat perang berakhir, semakin cepat mereka (turis) akan kembali," pungkasnya.
(wiw)

3 hours ago
2




























