Alasan Trump Batal Bertemu Putin: Frustasi Negosiasi Selalu Mandek

4 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Amerika Serikat Donald Trump secara mendadak membatalkan rencana pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, karena "frustasi" negosiasi damai perang Rusia-Ukraina yang selalu berakhir mandek.

Trump juga mengatakan pembatalan pertemuan itu karena kurangnya kemajuan dalam upaya diplomatik dengan Putin, dan "waktu yang tidak tepat".

"Sejujurnya, satu-satunya hal yang bisa saya katakan adalah, setiap kali saya berbicara dengan Vladimir, percakapan saya selalu baik. Tapi setelah itu tidak ada kemajuan. Sama sekali tidak ada kemajuan," beber Trump, dikutip Reuters.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami membatalkan pertemuan dengan Presiden Putin, rasanya kurang tepat bagi saya. Rasanya kami tidak akan sampai ke tempat yang seharusnya. Jadi saya membatalkannya, tetapi kami akan melakukannya di masa mendatang," imbuh Trump.

Pembatalan pertemuan Trump-Putin dilakukan saat AS mengumumkan sanksi baru yang menargetkan ekspor minyak Rusia, yang menargetkan perusahaan minyak Lukoil dan Rosneft.

Sanksi baru itu disebut sebagai upaya Trump untuk menekan operasi militer berkelanjutan Rusia di Ukraina. Trump mengatakan dia berharap sanksi tersebut hanya bersifat sementara.

"Mengingat penolakan Presiden Putin untuk mengakhiri perang yang tidak masuk akal ini, Departemen Keuangan memberikan sanksi kepada dua perusahaan minyak yang mendanai mesin perang Kremlin," ungkap Menteri Keuangan AS, Scott Bessent dalam sebuah pernyataan.

Apa usulan Trump untuk setop perang Rusia-Ukraina?

Selama kampanye kepresidenannya tahun lalu, Trump sesumbar hanya butuh 24 jam untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina. Namun setelah 10 bulan dia menjabat sebagai Presiden AS, Trump semakin frustasi karena kurangnya kemajuan.

Pada Minggu (19/10) malam kemarin, Trump mendesak Rusia untuk "membekukan" perang di sepanjang garis pertempuran saat ini.

"Yang saya katakan adalah mereka (Rusia-Ukraina) harus berhenti sekarang juga di garis pertempuran, pulang, berhenti membunuh orang, dan selesaikan semuanya," kata Trump.

Garis depan pertempuran kedua negara saat ini membentang melintasi wilayah Donbas, sebuah pusat industri yang telah bertahan dari sebagian besar pertempuran.

"Biarkan saja wilayah itu dipangkas sebagaimana adanya. Wilayah itu sudah dipangkah sekarang, saya rasa 78 persen wilayahnya sudah direbut Rusia. Biarkan saja seperti sekarang, mereka bisa merundingkannya nanti," ujar Trump.

Ukraina dan negara-negara Eropa menyatakan sangat mendukung usulan Trump untuk segera menghentikan perang, dan "garis depan" saat ini harus menjadi titik awal negosiasi.

Namun para pemimpin negara Eropa menuduh Putin lah yang menghambat proses perdamaian.

"Taktik mengulur-ulur waktu Rusia telah berulang kali menunjukkan bahwa Ukraina adalah satu-satunya pihak yang serius menginginkan perdamaian. Kita semua dapat melihat bahwa Putin memilih kekerasan dan kehancuran," demikian pernyataan bersama Eropa.

Sebaliknya, Rusia menegaskan bahwa Putin tidak akan menyetujui usulan terbaru untuk mengatakan perang. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, menegaskan konsistensi posisi Rusia tidak berubah.

(dna)

Read Entire Article
Koran | News | Luar negri | Bisnis Finansial